Kisah Sayudi - Mantan Anak Punk Yang Ber Hijrah



Sayudi, pria kelahiran Solo tahun 1979 mengaku lebih dari setengah usianya hidup di jalanan. Bersama anak-anak punk ia berkelana, dari satu daerah ke daerah lain untuk memuaskan hasratnya. Dari pulau Jawa, merambah ke Sumatra hingga ke pulau-pulau dan daerah-daerah lain di Indonesia.


Dari berbagai kota dan daerah yang ia sambangi, Sayudi mengaku bahwa narkoba selalu membersamai dirinya dan rekan-rekannya. Berawal dari coba-coba, hingga akhirnya melekat dalam kepribadian dan lingkungannya. Semua uang hasil mengamen, menjarah dan lain sebagainya tak jarang ia dan rekan-rekannya pergunakan untuk memenuhi jadwal sakaw mereka.

Titik hijrahnya ia ungkapkan pada enam belas tahun silam. Bosan menjadi alasannya berhenti dari masa kelamnya dahulu, dari situlah kisah barunya bermula. Udara yang ia hirup dari berbagai kota yang disinggahi, hasil jarah yang didapatkan, kesenangan tabu bersama rekan-rekannya dan kepuasan nafsu dunia selalu membuat ia dan rekan-rekannya kecewa.

“Bayangkan, kami hidup tanpa harapan. Bangun tidur ngamen, dapat uang cari makan. Ada jadwal konser, kami pergi mbonek (nebeng) di lampu-lampu merah. Pergilah kami ke sana ke mari nggak tau arah,” ungkapnya dengan arah mata melihat ke kanan atas dengan jemari tangan memainkan buah kopi yang sudah menjadi serbuk. Sejurus kemudian ia terdiam.

“Setelah bersenang-senang, minum-minuman yang dilarang yang dicampur-campur, teman saya…,” lanjutnya dengan sudut matanya telah membendung air. “…mengalami overdosis.” Sayudi terisak, satu-dua tetes air terjatuh di meja dari matanya.

“Dari mulutnya keluar busa, sekarat nggak karuan, tapi nggak ada yang mau menolong,” imbuhnya sembari mengenakan kaca mata hitam untuk sekadar menutupi tangisnya.

Di saat sesi wawancara dengan awak media, ternyata banyak dari peserta Ukhuwah Camp yang ikut nimbrung dalam sesi wawancara tersebut. Terlihat beberapa pemuda dengan tato di tangan kanan dan kedua kakinya menunduk sembari terdengar suara isak tangis. Sementara ada seorang paruh baya dengan tato yang terlihat di bagian leher hingga menyentuh kepala, tampak menutup matanya dengan tangan kanan. Ketika dibuka, terlihat terdapat garis-garis air yang telah ia hapus.

Tahun 2001 jelang 2002, Sayudi memutuskan untuk berhenti dari kegiatan maksiatnya dan hengkang dari lingkungan tersebut untuk pulang ke kediamannya di Jagalan, Solo. Setelah berhenti, ia tak serta masuk dan ikut pengajian. Melainkan berbisnis di kawasan kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dari bisnis tersebut, Sayudi berkenalan dengan seorang ustadz yang ia nilai lemah lembut. Setelah berkenalan dan dirasa akrab berbincang suatu hal, akhirnya ia menyatakan ingin hijrah dan berubah.

Setelah hijrah, Sayudi menjalankan kewajibannya sebagai seorang Muslim. Persoalan agama yang tak ia pahami, ia tanyakan kepada sang ustadz. Dimulai dengan belajar membaca Al-Quran dengan metode Iqra bersama anak-anak dan berbagai macam pelajaran lainnya.

Dalam fase hijrah ini, Sayudi menceritakan bahwa semuanya tak berjalan dengan mulus sepeti yang dibayangkan. Melainkan, banyak cibiran dan hasutan yang kerap ia terima dari rekan-rekan lamanya, tetangga bahkan dari sanak saudaranya.

“Tapi, yang penting niat pengen hijrah. Saya selalu mengucap bismillah ketika ada yang mencibir sehingga untuk bisa istiqomah,” katanya dengan senyum lepas.

Setelah dikira bisa membaca huruf hijaiyah, ia memutuskan untuk masuk pesantren di wilayah Solo. Empat tahun mondok di pesantren, Sayudi kembali berbisnis di kawasan Singosaren dengan membuka konter handphone. Dari usaha tersebut, tabungannya bertambah. Ia pun berniat untuk membangun sebuah pondok pesantren tahfidz Al-Quran dan terealisasi setahun kemudian. Namun, pondok pesantren yang ia bangun hanya bisa berjalan selama dua tahun.

“Setelah pondok berhenti, akhirnya saya memutuskan untuk membuat komunitas Exspreso (Exs preman Solo) dengan modal teman satu grup WA,” ungkapnya.

“Pembukaan sekaligus pengenalan komunitas ini kami adakan soft launching-nya dengan seribu kopi tobat exspreso ini, kita Iqro on The Road. Kita swadayakan dengan program-program yang bisa menyatu dengan sasaran dakwah kita. Cara dakwah kami berjalan,” imbuhnya.

Alhamdulillah, lanjutnya, tidak hanya anak-anak yang notabenenya nakal yang turut ikut masuk komunitas ini. Melainkan, ada juga mualaf yang masuk. Dari satu tempat ke tempat lain, ia dan kawan kawannya berkeliling dengan mobil kopi tuanya tersebut. Sayudi berharap, dari perjalanan yang ia lakukan kali ini dapat menghapus dosa yang pernah ia lakukan di waktu silam.

Expreso menjadi salah peserta Ukhuwah Camp yang digelar Komunitas hijrah se-Solo Raya di Lawu Resort Pancot Tawangmangu, Jawa Tengah pada 10-11 September 2018. Para peserta biasanya memiliki masa lalu yang kelam dan buruk, sehingga memutuskan untuk hijrah bersama. Ajang ini menjadi sarana memperkuat persatuan dan keimanan mereka.

Peserta lain dari komunitas Bikers Shubuhan berisikan pemuda-pemuda dan pegiat motor yang hendak bertobat. Dari komunitas ini tak jarang juga yang kerap menjadi DPO (Daftar Pencarian Orang) pihak berwajib karena mengikuti balap liar. Namun, setelah hijrah, komunitas ini menggalang dakwah dengan selalu berpindah-pindah tempat.

“Bangun minimal jam 3-4 kami keliling ke daerah-daerah mencari masjid yang jamaahnya sedikit. Shalat shubuh bersama, kemudian ustadz di antara kami meminta izin untuk berceramah dan setelah itu kami beramah-tamah dengan jamaah. Setelah ceramah itu selesai,” ungkap ketua Biker Shubuhan Hanin Yayudho Kusumo.

“Mengajak kepada masyarakat sekitar untuk mengikuti shalat shubuh berjamaah,” imbuhnya, menjelaskan salah satu maksud komunitas itu terbentuk.

Mereka juga tak jarang berkeliling pada malam hari. Berkenalan dengan komunitas motor lain, ikut nimbrung dalam tongkrongan remaja di samping-samping jalan. Walau masih terbilang muda karena baru setengah tahun berdiri, komunitas ini sudah memiliki sekitar 70-an anggota.

“Kita dulu sejak berhijrah kan ilmu kota itu masih rendah, maka kami hanya bisa berdakwah dengan biker Shubuh ini. Kami mengajak masyarakat, terlebih kepada pemuda warga sekitar,” ujarnya.

Sumber : kiblat.net